Header Ads

KENAPA AIR MATA BEKU


Kenapa Air Mata Beku

Sahabatku..
Pernahkan anda shalat, imam menangis karena khusyu’ bacaannya?
Samping kita menangis, dan banyak orang menangis.
Tapi ternyata kita tidak bisa menangis, air mata beku tidak menetes, hati tidak gemuruh, sedangkan Nabi shallallahu 'alayhis salam dan para sahabat sangat gampang meneteskan air mata, gampang tersentuh nasihat agama.
Pernahkan anda melihat penguburan mayit?
Saat manusia merenung tentang kehidupannya, bahwa dia akan menghadap Rabb-nya. Harusnya dia meneteskan air mata membayangkan apa yang telah dia siapkan untuk menghadap Rabb-nya.
Karena hari itu adalah hari-hari yang menakutkan. Bagi yang tak berbekal pasti akan sengsara, tapi mata ini tetap beku tidak bisa meneteskan air mata.
Kejadian disekitarnya tidak bisa menggerakan hatinya untuk meneteskan air mata.
Pernahkah anda benar-benar ingin menangis tapi hati tidak bisa diajak menangis?
Yang sangat ditakutkan adalah saat sakaratul maut. Ingin lisan mengucapkan kalimat Laa Ilaha Ilallahu, tapi lisan menjadi kaku beku tidak terucap.
Itulah fenomena pengkhianatan hati.
Hati membeku, air mata membeku, kehidupan menjadi kering dan gersang.
Tahukah kita apa sebabnya? Karena dosa-dosa maksiat kita.
Renungankan firman Allah ta’ala,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka,” (QS. Al Muthoffifin: 14)
Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan ‘ar raan’ yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’,”
(HR Tirmidzi)
Dengan sebab apa kita gampang terjatuh dalam kubangan maksiat dan dosa? Diantaranya:
1. Karena kebodohan kita tentang agama.
2. Karena kita menuruti nafsu yang bergolak.
3 Karena lemahnya iman kita, sehingga setiap ada tawaran maksiat selalu dinding iman jebol.
4. Karena kawan buruk yang menyeret kita.
Jika anda dapatkan temen yang buruk, segera tinggalkan sebelum anda menyesal yang tak berguna lagi.
{ وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً * يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلاناً خَلِيلاً . لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولاً }
“Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) Aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.’ Kecelakaan besarlah bagiKu; kiranya Aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia Telah menyesatkan Aku dari Al Quran ketika QS Al Quran itu Telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia,” (Al-Furqan: 27-29)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
Seseorang itu tergantung kepada agama teman dekatnya. Maka hendaklah seseorang melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya,”
(HR Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani)
Selain itu, banyak bicara, banyak makan, banyak tertawa, banyak tidur ikut andil mengeraskan hati kita. Salaf kita mengatakan, “Kerasnya hati karena empat hal: melampui batas, makan, tidur, bicara, pergaulan.”
Semoga Allah lunakkan hati kita, Allah uraikan bekunya air mata kita. Sungguh kerasnya hati hanya akan menggiring pada kehidupan yang kering kerontang penuh sengsara.
Akankah kita tidak ingin bahagia?
✍ Ditulis oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizhahullah ta’ala
Madinah, 17 Ramadhan 1443 H (Facebook)

No comments

Powered by Blogger.