Header Ads

MEMETIK PELAJARAN DARI IBADAH HAJI DAN KURBAN

MEMETIK PELAJARAN DARI IBADAH HAJI DAN KURBAN (RINGKASAN KHUTBAH IDUL ADHA)
Kaum muslimin wal muslimat yang saya cintai dan saya muliakan rahimakumullaah…
Diantara pelajaran yang bisa kita petik dari ibadah haji dan kurban adalah:
Pertama: Kewajiban Terbesar Setiap Hamba adalah Tauhid, yaitu Beribadah Hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan Menjauhi Perbuatan Syirik
Perhatikanlah jama’ah sekalian yang saya muliakan rahimakumullaah, mengapa kita berhaji, mengapa kita sholat Idul Adha dan mengapa kita berkurban, semua itu tidak lain dalam rangka menghambakan diri hanya kepada Allah ta’ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan kita awal pembangunan kakbah dan perintah berhaji pertama kali,
وَإِذْ بَوَّأْنَا لإبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun, dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, orang-orang yang beribadah, orang-orang yang rukuk dan sujud. Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” [Al-Hajj: 26-27]
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan pelajaran penting dari ayat ini,
هَذَا فِيهِ تَقْرِيعٌ وَتَوْبِيخٌ لِمَنْ عَبَدَ غَيْرَ اللَّهِ، وَأَشْرَكَ بِهِ مِنْ قُرَيْشٍ، فِي الْبُقْعَةِ الَّتِي أسسّتْ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ عَلَى تَوْحِيدِ اللَّهِ وَعِبَادَتِهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.
“Dalam ayat ini terdapat cercaan dan celaan yang keras terhadap mereka yang beribadah kepada selain Allah dan menyekutukan-Nya dari kalangan Quraisy, di tempat yang sejak awal dibangun untuk mentauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya yang satu saja, tiada sekutu bagi-Nya.” [Tafsir Ibnu Katsir, 5/413]
Sebagaimana Allah ta’ala memerintahkan kepada kita untuk melakukan sholat Idul Fitri dan berkurban,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka sholatlah hanya untuk Rabb-mu dan berkurbanlah hanya untuk-Nya.” [Al-Kautsar: 2]
Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah dalam Tafsir beliau menjelaskan makna ayat ini dengan menukil dari ulama Ahli Tafsir terdahulu,
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ كَعْبٍ: إِنَّ نَاسًا كَانُوا يُصَلُّونَ لِغَيْرِ اللَّهِ، وَيَنْحَرُونَ لِغَيْرِ اللَّهِ، فَأَمَرَ اللَّهُ نَبِيَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَكُونَ صَلَاتُهُ وَنَحْرُهُ لَهُ. وَقَالَ قَتَادَةُ وَعَطَاءٌ وَعِكْرِمَةُ: الْمُرَادُ صلاة العيد، ونحر الأضحية.
“Muhammad bin Ka’ab berkata: Sesungguhnya dahulu manusia melakukan sholat dan berkurban untuk menyembah selain Allah, maka Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi-Nya shallallahu’alaihi wa sallam untuk sholat dan berkurban hanya untuk Allah. Dan berkata Qotadah, Atho’ dan Ikrimah: Sholat dan menyembelih yang dimaksud dalam ayat ini adalah sholat hari raya dan menyembelih hewan kurban.” [Fathul Qodir, 5/614]
Kedua: Hendaklah Senantiasa Meneladani Sunnah dan Mengikuti Petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
Kaum muslimin wal muslimat yang saya cintai rahimakumullaah, sejumlah ibadah yang kita kerjakan mengingatkan kita terhadap prinsip penting dalam hidup ini, yaitu senantiasa meneladani panutan kita Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, karena tidaklah mungkin kita dapat beribadah kepada Allah dengan benar tanpa petunjuk beliau.
Oleh karena itu dalam melaksanakan ibadah haji, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan kepada umatnya,
خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ
“Ambillah manasik haji kalian dariku.” [HR. Muslim dan Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro, dan lafaz ini milik beliau dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhuma]
Pada hari raya Idul Adha, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ بِهِ فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّيَ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا ، وَمَنْ ذَبَحَ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنَّمَا هُوَ لَحْمٌ عَجَّلَهُ لأَهْلِهِ لَيْسَ مِنَ النُّسُكِ فِي شَيْءٍ
“Sesungguhnya pertama kali yang akan kita kerjakan pada hari ini (Idul Adha) adalah sholat, kemudian kita kembali, lalu kita berkurban. Maka barangsiapa yang melakukan itu, berarti dia telah mengamalkan sunnah kami dengan tepat, dan barangsiapa yang menyembelih sebelum sholat maka itu hanyalah daging biasa yang dia berikan untuk keluarganya dan bukanlah sebuah nusuk (ibadah kurban) sama sekali.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Al-Baro’ bin ‘Azib radhiyallahu’anhu]
Ketiga: Pentingnya Menuntut Ilmu Agama
Jama’ah sekalian yang saya hormati rahimakumullaah, cobalah kita renungkan kembali, mengapa kita mengetahui kewajiban berhaji dengan segenap tata caranya, mengapa kita mengetahui sholat hari raya dengan cara yang berbeda dari sholat lima, mengapa kita mengetahui syari’at berkurban dengan segenap aturannya, semua itu tidak lain karena kita menuntut ilmu agama, kita membaca Al-Qur’an dan As-Sunnah, kita mendengarkan dari para Ustadz dan Kiai, sehingga kita pun mampu mengamalkannya dan menguatkan keimanan kita, apabila kita tidak tahu bagaimana mungkin kita bisa mengamalkannya?
Oleh karena itu jama’ah sekalian rahimakumullaah, semakin dalam ilmu agama yang kita pelajari maka semakin banyak yang dapat kita amalkan dan keimanan kita akan semakin kokoh insya Allah. Maka dari itu Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” [Al-Mujadilah: 11]
Dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dengan agama.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiyallahu’anhu]
Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqoloni Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
وَمَفْهُومُ الْحَدِيثِ أَنَّ مَنْ لَمْ يَتَفَقَّهْ فِي الدِّينِ أَيْ يَتَعَلَّمْ قَوَاعِدَ الْإِسْلَامِ وَمَا يَتَّصِلُ بِهَا مِنَ الْفُرُوعِ فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ
“Mafhum hadits ini adalah, siapa yang tidak melakukan tafaqquh fid diin (berusaha memahami agama), yaitu tidak mempelajari kaidah-kaidah Islam dan cabang-cabangnya maka sungguh ia telah diharamkan untuk meraih kebaikan.” [Fathul Baari, 1/165]
Keempat: Mengokohkan Persaudaraan dan Menguatkan Ikatan Kasih Sayang dengan Bersedekah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” [Al-Hajj: 28]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
فَكُلُوا وَادَّخِرُوا وَتَصَدَّقُوا
“Makanlah, simpanlah dan bersedekahlah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Kelima: Meneladani Pengorbanan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam di Jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103)وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107)
"(Ibrahim berkata): “Wahai Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih”. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, maka Ibrahim berkata: "Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Ash-Shofat: 100-107]
🌹 Nasihat Khusus kepada Kaum Wanita
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ: وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللهِ أَكْثَرُ أَهْلِ النَّارِ؟ قَالَ: تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِير
“Wahai para wanita bersedekahlah dan perbanyaklah istighfar (memohon ampun kepada Allah), karena sesungguhnya aku telah diperlihatkan bahwa kalian para wanita yang terbanyak menghuni neraka. Maka berkatalah seorang wanita yang pandai: Wahai Rasulullah, mengapa kami para wanita yang terbanyak menghuni neraka? Beliau bersabda: Karena kalian banyak melaknat dan kufur terhadap suami.” [HR. Al-Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu dan Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma, dan ini lafaz Muslim]

No comments

Powered by Blogger.